Tidak Berhenti Kaget
Sore itu, saya bergegas ke kantor pesantren memenuhi
panggilan. Tidak seperti biasanya saya dipanggil hari itu. Karena penasaran,
saya langsung menuju kantor untuk mengetahui orang yang membutuhkan saya.
Sesampai di pintu, tiba-tiba saya kaget. Perempuan itu, sahabat sekaligus adik
saya, tengah duduk manis dengan lelaki yang tidak asing saya lihat. Kemudian
saya bertanya padanya, “lho, kok bisa berdua?” tanya saya penasaran. “Kami baru
saja akad, Bi’,” jawabnya dengan santai dan riang. “Subhanallah… berarti kalian
sudah menjadi sepasang suami-istri,”tutur saya sembari menepuk bahunya. “Hehe…
iya,” jawabnya polos. “Huh… dasar!” lalu di kantor itu berderai tawa.
Semenjak dekat dengan saya, perempuan itu selalu
bersikap transparan pada saya. Seluruh kisah hidupnya nyaris saya tahu, tak
terkecuali tentang kisah cintanya. Sebelum bertunangan pun dia biasa cerita
banyak hal terkait calon tunangannya. Namun tak disangka, untuk pernikahannya kali
ini dia tidak cerita apa-apa. Tahu-tahunya, saya dikagetkan dengan kedatangan
mereka berdua. Saya berpikir positif saja, mungkin mereka ingin membuat surprise
untuk saya dengan kabar bahagia ini. Walau bagaimanapun, saya tetap bahagia
melihat senyum mereka berdua.
Tidak salah kata banyak orang, dunia ini selalu
mengandung misteri yang tidak bisa kita prediksi. Ada banyak hal yang datang
tak terduga sebelumnya. Kadang apa yang tak disangka, tiba-tiba menjelma nyata.
Termasuk tentang jodoh manusia. Rahasia Tuhan yang satu ini kerapkali
mendatangkan tanya, siapa dan dimana. Manusia hanya bisa berikhtiar dan
berdo’a. Berharap, jodoh kita kelak dapat membawa kita pada sorgaNya. Seperti
sahabat saya itu, siapa sangka dia akan menjadi istri lelaki yang juga kenal baik
dengan saya. Padahal, dulu saya tahu mereka tidak pernah akur dan kerap saling
“mengejek”. Tapi sekarang, mereka tidur seranjang.
Ada
pula teman sekelas saya yang dulunya sekedar dijodoh-jodohkan teman-teman di
kelas malah jadi beneran. Mereka hanya tersenyum saja ketika mengingat
itu. Memang, adakalanya jodoh kita adalah orang yang tidak disangka sebelumnya.
Dari teman dekat misalnya, tiba-tiba dialah orang yang didaulat Tuhan sebagai partner
yang akan menemani kita mengarungi hidup. Atau musuh sekalipun bisa jadi
kelak akan menjadi jodoh kita. Yang tahu rahasia itu hanya Tuhan, karena hanya
Dialah yang bisa menentukan mana yang terbaik untuk hamba-hambanya.
Tuhan tidak akan berhenti memberi kejutan-kejutan pada
hambanya yang meminta. Dia berjanji akan mendengar lengkingan do’a
hamba-hambanya yang bergantung hanya padaNya. Dia tidak akan menyalahi janji
itu. Ud’uni fastajib lakum, firmanNya dalam al-Quran. Tapi kenapa masih
ada do’a yang tak kunjung dikabulkan padahal tiap waktu sudah meminta? Itu hak
otoritatif Tuhan. Siapa sih yang bisa mendikte Tuhan? Tidak ada. Di
sekeliling kita, banyak memang orang yang berdo’a tapi bernada paksa, misalnya “ya
Allah… saya ingin dia menjadi jodoh hamba. Pokoknya dia.. harus dia.. kalau
tidak dia, saya tidak mau.” Lho, itu namanya do’a atau paksa ya? Dipaksa
bagaimanapun, kalau Tuhan tidak berkehendak ya tidak akan terjadi. Mari renungkan
kembali ayat ini, wa ‘asa an takrahu sya’ian fahuwa khairun lakum wa ‘asa an
tuhibbu syai’an fahuwa syarrun lakum wa allahu ya’lamu wa antum laa ta’lamun.
Untuk soal jodoh, saya angkat tangan. Sebagai manusia
yang terbatas, sebaiknya memang kita serahkan urusan itu pada Dia yang lebih
tahu. Tapi ingat, setelah kita berusaha dulu. Pernah suatu ketika ustadz Fauzil ‘Adhim,
penulis buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah, berkelakar begini, “jodoh
itu memang ada di tangan Tuhan, kalau tidak diambil-ambil, ya akan tetap di tangan
Tuhan,”katanya. Saya tersenyum mendengar itu. Perkataan provokatif itu
sebenarnya ingin mengajak kita untuk berusaha dan terlibat aktif dalam memilih
jodoh. Hukum kausalitas yang terdapat di alam ini menuntut manusia untuk
“bekerja sama” dengan Tuhan. Sunnatullah akan tetap berlaku sepanjang dunia ini
belum tutup usia. Saya ingin melanjutkan perkataan ustadz itu kemudian, “cepat
ambil jodoh itu di tangan Tuhan sebelum Dia simpan”.
Bicara tentang jodoh memang selalu menarik hati, karena
tak ada seorang pun yang ingin hidup sendiri. Tak ada yang betah dengan sepi.
Makanya kita butuh orang untuk berbagi. The last, sebelum sahabat saya
itu berpamitan pulang, saya berbisik padanya, ”selamat menikmati malam zafaf
nanti malam”. Lantas dia tersipu-sipu malu. Aah…
Untuk
dua sahabatku, selamat menempuh hidup baru! Kalian sukses “merayu” Tuhan.
Guluk-guluk, 1 Desember
2012