Lelaki dalam Kotak Impian
Judul di atas saya ambil dari tema salah satu majalah
di Annuqayah. Saya tergerak menulis tentang hal ini setelah berangkat dari kebingungan
saya terhadap laki-laki. Barangkali, ada
yang menilai tidak ada yang menarik dari tema ini, sebab lumrahnya, yang biasa
dijadikan obyek perbincangan di beberapa media adalah perempuan. Terma tentang
perempuan seolah tidak pernah habis dibicarakan, baik ditinjau dari sisi psikologisnya,
fisiknya, keilmuannya, daya tariknya dan lain sebagainya. Jarang sekali ada
orang yang menyinggung perihal laki-laki. Entah, apakah mereka pikir tidak ada
hal menarik dari laki-laki yang mesti dibahas atau apakah mereka menilai memang
tidak ada yang perlu dipermasalahkan dari sosok laki-laki. Terlepas dari itu,
realitanya perempuan sendiri juga merasa perlu untuk mengetahui lebih jauh
hal-ihwal pasangan hidupnya ini, karena dengan mengetahui segala hal terkait
pasangan kita tentu lebih memudahkan kita kelak untuk memahami karakter masing-masing.
Sebagian orang mungkin bersikap
antipati dengan persoalan lelaki. Mereka berasumsi yang pantas diperbincangkan
adalah perempuan, karena hanya perempuanlah yang banyak menuai masalah. Tapi bagi
saya tidak demikian seharusnya. Memperbincangkan suatu hal bukan berarti harus
membicarakan segala keburukan dan keterbatasannya, melainkan juga mengetahui
kelebihan dan keunggulannya. Nah, di sinilah perlunya. Dengan
membicarakan sosok lelaki, perempuan bisa menilai lelaki seperti apa yang ideal
dan patut diimpikan serta tipe lelaki seperti apa pula yang tidak layak
diharapkan. Kalau hanya perempuan yang diperbincangkan, tentu laki-laki tidak
tahu seperti apa sosok lelaki yang diinginkan perempuan. Dengan membicarakan
keduanya secara simultan, maka mudah tiap-tiap mereka menentukan tipologi
pendamping hidupnya.
Lelaki seperti apa yang diinginkan
perempuan? Secara umum, perempuan pasti mengimpikan laki-laki yang baik hati,
penyabar, perhatian, setia, romantis, bertanggung jawab, dan terlebih bisa
memahami perasaan perempuan. Kriteria yang semacam itu bisa dibilang sudah
cukup. Tetapi beberapa perempuan masih ada yang menambah dengan kriteria beragam.
Setiap perempuan memiliki selera masing-masing dalam memilih pasangannya. Tidak
jarang ditemukan perempuan yang matre alias masih melihat tebal-tipisnya
dompet laki-laki dalam memilih pasangan. Ada juga perempuan yang melihat
kemampuan laki-laki dari segi
kognitifnya. Mereka tidak mau pada lelaki yang bodoh dan tidak up to date.
Yah, semuanya tergantung perempuan lah. Kalau perempuan memang senang
bergelut dengan ilmu pengetahuan, tentu menginginkan laki-laki yang pintar dan
berwawasan. Kalau perempuan suka menghambur-hamburkan uang, tentu menginginkan
laki-laki yang ber-uang.
Memangnya lelaki yang layak
diimpikan itu yang seperti apa, sih? Kalau ditarik dalam konteks agama,
tipe laki-laki ideal tidak jauh beda dengan perempuan ideal sebagaimana yang
disinyalir dalam hadis Nabi saw. tunkahul mar’ah liarbai’n; lidiniha wa limaliha
wa lijamaliha, wa linasabiha fadzfar bidzati ad-din. Agama memberi kode pada
laki-laki agar memilih perempuan karena empat hal, karena agamanya, hartanya,
kecantikannya, dan nasabnya. Dan yang lebih diprioritaskan adalah sebab
agamanya (baik agamanya). Lelaki ideal pada dasarnya juga begitu, baik
agamanya, cukup hartanya, cakep parasnya, dan baik nasabnya. Empat hal itu
bagaikan sebuah kotak impian yang ada di setiap sudutnya dan saling menguatkan
satu sama lain. Memang ada laki-laki yang memiliki empat kriteria itu secara
sekaligus? Ada, meski sangat langka. Yakini saja, salah satunya adalah milik
kita. Entah siapa. Kalau memang tidak ada, cukup yang baik agamanya saja.
Di sekeliling kita, seringkali ada laki-laki
yang bilang begini, perempuan itu misterius, sulit rasanya mengerti keinginan
dan perasaan mereka. Sebagai perempuan, izinkan saya juga mengatakan hal yang
sama, laki-laki itu juga misterius. Perempuan juga tidak mudah memahami kemauan
laki-laki. Sebenarnya, kebingungan laki-laki memahami perempuan sama seperti
kebingungan perempuan memahami laki-laki. sama-sama bingung! Maka, cara untuk
memecah kebingungan itu adalah butuh sikap keterbukaan di antara keduanya, butuh
pengetahuan tentang karakter keduanya, butuh pemahaman dari masing-masing keduanya.
Di sinilah letak pentingnya membicarakan laki-laki, agar laki-laki juga paham apa
kemauan perempuan.
Tidak perlu jauh-jauh mempersoalkan
kebingungan itu, mari kita nilai bersama seperti apa laki-laki saat ini yang
berhasil menarik sekian hati perempuan selain kriteria yang disebutkan agama di
atas? Good behavior. Perempuan paling alergi pada laki-laki yang banal,
tidak beretika, semaunya saja, dan kasar. Perempuan yang lembut akan
mengimpikan laki-laki yang juga lembut dan baik hatinya. Perempuan hanya butuh
ketenangan di pangkuan laki-laki yang tenang dan damai. Perempuan mana yang
tidak terpesona melihat kelembutan Rasulullah ketika bergaul dengan
istri-istrinya? Semua perempuan pasti menginginkan hal itu.
Tegas dan berprinsip. Sebagai
pemimpin keluarga, laki-laki memang perlu memiliki sikap semacam ini. Bahkan,
bagi saya ini harga mati. Lelaki yang tak tegas dan tak berprinsip mudah saja
dibawa “aliran sungai” dan “terpaan angin”. Kalau sudah demikian, besar
kemungkinan bangunan keluarga akan cepat roboh dan musnah. Pondasi utama yang
menjadi pengokoh dalam bangunan rumah tangga adalah suami. Bila pondasinya rapuh, bangunannya pun akan
melepuh.
Berani dan bertanggung jawab. Perempuan
kerap kali mengklaim laki-laki sebagai sosok pengecut dan pecundang. Hal ini
mereka katakan ketika melihat tingkah laki-laki yang tampak ragu-ragu mengambil
keputusan. Inilah yang sering kali dikeluhkan perempuan bahwa laki-laki sulit
sekali bersikap berani dan bertanggung jawab. Kata perempuan, sebagian besar
laki-laki memang begitu. Tapi ingat, tidak semuanya. Masih ada laki-laki yang
berani bertindak dan bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Hanya laki-laki
yang berani melangkah serta menatap masa depan dengan optimislah yang mampu membentuk
keluarganya layaknya surga. Dan kelak, ia akan menjadi teladan (role model)
bagi anak-anaknya.
Berilmu dan berwawasan. Memang
sudah selayaknya laki-laki memiliki ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk
mendidik istrinya kelak. Apalagi suami merupakan nahkoda yang bertanggungjawab
membawa perahu keluarganya berlayar ke pulau “surga”. Tanpa ilmu pengetahuan
yang mumpuni, ia akan kebingungan di tengah lautan kemana arah yang tepat
menuju pulau tersebut. Selain karena alasan itu, orang yang berilmu tentu beda
cara menyikapi kehidupan keluarga dengan orang yang tidak berilmu. Perbedaan
itu bisa dilihat ketika mereka memperlakukan istrinya dan orang-orang yang ada
di sekitarnya. Untuk kriteria ini, bagi saya tidak bisa ditawar.
Setia dan romantis. Coba
tebak siapa laki-laki di negeri kita yang bisa dijadikan contoh dalam hal ini? Yup,
benar, presiden kita yang ke-3, B. J. Habibi. Dalam kisahnya, perjalanan hidup
Habibi dan Ainun (istrinya) dipenuhi dengan bunga-bunga asmara, bahkan hingga ajal
menjemput Ainun. Habibi secara tak sadar memanggil-manggil nama Ainun dan
mencari istrinya itu di setiap ruangan rumahnya setelah bangun tidur seolah tak
sadar bahwa istrinya itu sudah tiada. Kenangan bersama sang istri terus
membayang dalam ingatannya sehingga memotivasi dirinya untuk mengabadikan kisah
cintanya dalam bentuk tulisan yang kini menjadi buku.
Laki-laki yang setia akan sulit membagi cintanya dengan
perempuan selain istrinya. Dan memang ini yang diharapkan semua perempuan. Dalam
kasus poligami misalnya, sekalipun istri mengizinkan si suami menikah lagi,
saya yakin dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia tidak rela suaminya
bercumbu mesra dengan perempuan lain. Dalam keadaan bagaimanapun, perasaan
memang tidak bisa kompromi. Perasaan selalu menuntut pemiliknya untuk memiliki
orang yang dicintainya secara utuh. Dan soal romantis, perempuan paling suka
laki-laki yang romantis. Mereka yang romantis selalu bisa membuat hati yang
galau menjadi riang. Meski ini bukan kriteria yang utama, paling tidak
laki-laki bisa romantis untuk menyenangkan hati istrinya. Terlebih ketika
situasi terasa menghimpit jiwa, laki-laki yang romantis bisa dijadikan penawar
sebagai pelipur lara. []
Guluk-guluk, 9
Desember 2012