Belajar dan Berpetualang di Eropa Dengan Erasmus
Mundus
Judul: Beasiswa
Erasmus Mundus: The Story Behind
Penulis: M. Muhsthafa
dkk.
Penerbit: Kurniesa
Publishing, Jakarta
Tahun terbit: 2011
Tebal: 193 Halaman
ISBN:
978-602-99349-2-2
Menjadi
mahasiswa luar negeri tentu menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Apalagi
menjadi mahasiwa Eropa yang peradabannya begitu maju. Namun, secara umum
mahasiswa Indonesia
masih belum mampu melanjutkan pendidikan ke Eropa dengan alasan keterbatasan
finansial. Logikanya, melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Indonesia
saja masih harus mengorbankan berbagai hal untuk dijadikan biaya, apalagi
menembus perguruan tinggi di luar negeri. Hal itu benar-benar membutuhkan
kesiapan mental dan materi.
Bagi yang bermimpi melanjutkan ‘petualangan
belajar’ ke Eropa namun belum memiliki biaya yang memadai, jangan patah arang.
Masih ada peluang emas bagi mereka untuk bertandang ke sana. Erasmus Mundus bersedia mengantarkan
mahasiswa di dunia untuk belajar dan berpetualang di berbagai negara di
Eropa. Erasmus Mundus menyediakan biaya
menggiurkan bagi mahasiswa yang berminat belajar di Eropa.
Program Erasmus Mundus (EM) adalah salah
satu kerjasama pendidikan yang digagas oleh Uni Eropa dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di benua Eropa dan mempromosikannya ke
negara-negara di luar lingkup Uni Eropa, termasuk Indonesia. Hal yang menarik dari
program beasiswa ini, baik yang beasiswa atau tidak, adalah kesempatan
mahasiswa untuk kuliah di minimil dua negara anggota Uni Eropa selama periode
studi, yang disebut mobility program.
Beasiswa EM saat ini kabarnya memang
sudah meluas di Indonesia
dan banyak dikenal oleh mahasiswa dari pada kali pertama program ini digulirkan
pada tahun 2004. Pada dasarnya, EM
dilaksanakan sejak tahun 1987, namun pada saat itu yang bisa mengikuti hanyalah
mahasiswa Eropa. Pasalnya, nama Erasmus ini diasosiasikan pada salah seorang
filsuf asal kota
Rotterdam di Belanda bernama Desiderius Erasmus pada masa Renaissance. Dia
dikenal sebagai sosok yang senang menjelajahi negara-negara di Eropa untuk
menuntut ilmu. Sedangkan kata ‘Mundus’ sendiri berarti dunia.
Selain mendapatkan biaya yang
mencukupi untuk kuliah, mahasiswa juga diberi biaya hidup dan keperluan pindah
negara selama satu periode belajar, yaitu sebesar kurang lebih 24 ribu Euro
pertahun. Sungguh, peluang yang amat prestisius. Selain belajar, mahasiswa
masih mendapat kesempatan untuk menjelajahi tempat-tempat bersejarah di Eropa
atau hanya sekedar jalan-jalan untuk mengenali beragam kultur dan kuliner di sana.
Kompetisi untuk mendapatkan beasiswa ini tentu tidak mudah meski proses
penyeleksian tanpa interview, karena persaingan ini adalah tingkat dunia. Seleksi EM tidak dilakukan di tiap-tiap negara
melalui kantor perwakilan di negara tersebut, melainkan dilakukan oleh
institusi perguruan tinggi yang mengadakan program ini, yaitu konsorsium. Baik Indonesia
maupun Eropa tidak menyediakan kantor perwakilan EM bagi para peminat beasiswa
ini untuk menyetor hasil formulir aplikasinya. Yang ada hanyalah kantor
representatif delegasi Komisi Uni Eropa yang ada di Jakarta, seperti kantor representatif ASEAN
atau organisasi internasional lainnya.
Kisah suka-duka yang dialami oleh mahasiswa Indonesia
yang berhasil kuliah di sana
disajikan dalam buku ini. Mulai dari munculnya inisiatif kuliah di sana, keberangkatan,
pengalaman di eropa, sampai pada aktualisasi keilmuan yang mereka dapatkan
untuk masyarakat sekitarnya. Lima belas penulis
di buku ini ingin berbagi pengalaman belajar di Eropa yang pada akhirnya dapat
memacu semangat pelajar Indonesia
untuk juga belajar tanpa batas ruang dan waktu.
Belajar di Eropa tentu saja berbeda dengan belajar di Indonesia. Pengalaman yang mereka
dapatkan sangat unik dan menarik. Seperti M. Mushthafa yang kuliah di Utrecht University. Dia merasa senang ketika
hanya mendapati empat mata kuliah dalam satu semester, meski harus menguras
banyak waktu dan pikirannya lantaran menggunungnya tugas dosen. Anggiet
Ariefianto yang selalu menggunakan waktu luang untuk menjelajah Eropa, sehingga
berhasil singgah di 40 negara.
Efrian Muharrom, anak wong ndeso yang ingin sekali bertemu bule,
tapi akhirnya tak hanya bule yang ia temui, melainkan Koffi Annan (mantan
Sekjen PBB) yang pernah ia kagumi. Yansen Darmaputra yang harus ‘berdarah
darah’ untuk mendapatkan beasiswa EM dan bahkan harus terseok seok menyamai
kualifikasi keilmuan teman sekelasnya. Meutia Zahara, korban bencana Tsunami
aceh 2004, yang tak pernah patang arang untuk mewujudkan mimpi almarhum ayahnya
untuk mengenyam pendidikan di luar negeri.
Dan masih banyak lagi kisah menarik yang ter-cover di buku ini, seperti
kisah Eva Sulistiawati yang tergerak mengikuti EM karena rasa cemburu pada
laki-laki pujaannya yang seringkali menceritakan kesuksesan akademik seorang perempuan.
Nova Francisca Silitonga, ibu yang baru saja memiliki momongan ini, harus rela
membawa keluarganya ke Eropa demi sebuah pendidikan.
Semua kisah haru, tangis dan tawa mereka tuangkan dalam buku ini, dengan
maksud mampu menjadi pelecut bagi pelajar Indonesia untuk serius belajar dan
hidup mandiri di negeri orang. Hingga suatu saat nanti mereka terus berupaya
membawa bangsa ini pada peradaban yang lebih progresif dan maju.
Identitas Penulis
Nama: Husnul Khatimah Arief
Alamat: Jl. Pondok Pesantren
Annuqayah Latee II, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura.
Status: Mahasiswa semester V
jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika),
Sumenep, Madura
Jabatan: Pengurus Lembaga Pers
Mahasiswa (LPM) Instik Annuqayah
No. Hp: 081703920353
Tidak ada komentar:
Posting Komentar